Senin, 03 Desember 2012

Bapak dewan yang terhormat, behave please..

 


kejadian ini saya alami sendiri, kemarin sore sekitar 10 menit sebelum waktu Magrib di salah satu plaza gaul di kawasan Sudirman.

Sepulang kantor, saya ke plaza yang terletak persis di sebelah kantor saya untuk membeli tiket konser Weezeer, salah satu dari sekian banyak band favorit saya yang benar-benar memainkan musik, tiba di konter tiket, konternya kosong jadi saya menunggu hingga hampir 30 menit. Selama menunggu, ternyata ada seorang pria berkemeja safari (dan mengenakan pin yang menandakan dia salah satu dari oportunis yang berkantor di DPR) memperhatikan saya. Tak disangka, dia bergabung dengan saya di konter tiket tersebut. Sapaan pertama (yang sangat tidak sopan) dari dia adalah "ini tempat apaan??), saya jawab dengan tenang "konter khusus penjualan tiket baik konser maupun pertandingan olahraga" masih dengan nada dan sikap yang tidak sopan dan cenderung meremehkan dia bertanya lagi "kamu berasal dari mana?!? kenapa logatmu aneh? saya (yang memang sengaja berbicara dengan bahasa Inggris lengkap dengan aksen British - well, saya sangat tidak tertarik dengan kesan pertama saya terhadap pria muda dengan atribut anggota-dewannya jadi saya sedikit menyamar) menjawab dengan asal "saya dari Singapore" and guess what, dengan angkuhnya dia jawab dia punya rumah di Orchard rd tapi lalu pias terdiam ketika saya bilang "bukannya di Orchard rd hanya ada jaringan hotel dan mall? persisnya di mana rumahmu?" semua percakapan yang tidak menyenangkan ini dilakukan sambil dengan arogannya masuk ke dalam konter dan memeriksa pintu yang seharusnya merupakan area untuk pegawai saja.
Tepat ketika pegawai konter datang, saya segera menyelesaikan urusan tiket dan masih dengan sombonganya si anggota dewan ini memesan tiket konser GnR dan Sting untuk area VIP (yang mengutip ucapannya mana saja yang paling mahal), dan meskipun sudah dijelaskan bahwa konser GnR dan Sting berlangsung pada hari dan jam yang sama, si anggota dewan yang terhormat malah menggebrak meja dan ngotot untuk membeli 3 tiket (yang paling mahal) untuk konser GnR dan Sting. 
Sesombong atau sesongong apapun dia, saya tidak terganggu. Tapi yang paling menyebalkan adalah pertanyaan dia yang terkesan kepo (mau tahu urusan orang) dan sudah sangat pribadi, dia bertanya "kamu beli tiket apa?" saya jawab sekenanya 'weezeer" dia: "weezeer? apa itu?" saya: "salah satu band brit pop yang keren and playing the real music" dia: band mana tuh?" saya: "seriously, gak tau weezeer?? where have you been?" dia: "kau tau siapa saya?!?" saya: (mengangkat bahu cuek) "I don't know and I don't care" dia: (dengan sombongnya menunjukkan pin atau lencana atau apalah yang menandakan bahwa dia adalah pejabat negara yang 'terhormat'). masih dengan manner yang tidak sopan dia bertanya "kau nonton dengan siapa?" saya: "teman" dia: teman? suami? pacar?" saya: "single", dia: single parent?" saya: "I'm single, end of discussion for Godsake (memasang tampang paling dingin yang saya bisa). Tepat ketika, pegawai konter menagih pembayaran untuk 3 tiket paling mahal, dengan gelagapan si anggota dewan (yang tidak) terhormat ini langsung kabur dengan beberapa alasan antara lain mau  merokok dulu, mau sholat dulu dll dsb etc.
Singkatnya, dengan segala arogansi, kesombongan dan ketidaksopanannya, dia tidak membeli satu tiketpun, jangankan untuk tiket yang paling mahal, tiket termurahpun tidak dibeli. Satu hal yang saya syukuri dengan tidak dibelinya ketiga tiket paling mahal itu adalah setidaknya uang rakyat jadi tidak (atau tidak jadi) disalahgunakan untuk membeli 3-tiket-konser-GnR-dan-Sting-yang-paling-mahal. 
Begitu si anggota dewan ini pergi, salah satu pegawai konter berbisik kepada saya, "mbak,. kenapa kamu tidak bilang kalau mbak kerja di Kementerian anu? paling tidak biar dia tersindir, toh uang yang ada di dompetnya dia adalah hasil mengemis komisi dari APBN kementerian" 
Saya hanya terpaku, ternyata pegawai konter ini cukup cerdas.